Kepala Pusat Studi Moderasi Beragama Universitas Islam Negeri jurai Siwo Lampung
Pusat Studi Moderasi Beragama UIN Jurai Siwo Gelar Pelatihan Moderasi
15 jam lalu
***
Metro, Lampung – Pusat Studi Moderasi Beragama dan Sosial Budaya kembali menunjukkan komitmennya dalam menanamkan nilai-nilai toleransi melalui kegiatan Pelatihan Kader Moderasi Beragama pada Rabu (3/9). Kegiatan tersebut mengangkat tema Merajut Kebersamaan, Merawat Indonesia: Moderasi Beragama untuk Generasi Muda, digelar di Perpustakaan Lantai 1 Kampus 2 UIN Jurai Siwo Lampung ini diikuti oleh puluhan mahasiswa S1 dan S2 dari berbagai Jurusan.
Acara dibuka secara khidmat dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Ikhwan Nurkholil, diikuti lagu kebangsaan Indonesia Raya yang dibawakan oleh Luthfi Nafisah. Suasana menjadi lebih bermakna dengan sambutan dari dua tokoh akademik kampus. Dr. Abdul Mujib, M.Pd.I., Kepala Pusat Studi Moderasi Beragama dan Sosial Budaya, menekankan pentingnya generasi muda memahami dan mengamalkan nilai keberagaman.
“Moderasi beragama bukan sekadar slogan, tetapi praktik nyata dalam menjaga harmoni. Generasi muda memiliki peran strategis sebagai agen perdamaian di tengah masyarakat,” ujarnya. Hal senada disampaikan Dr. Nurkholis, M.Pd., Ketua LPPM, yang menyebut kegiatan ini sebagai langkah konkret dalam menanamkan nilai kebangsaan sejak dini. “Kita harus memastikan anak-anak muda tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu yang memecah belah. Forum ini menjadi ruang penting untuk membangun kesadaran kolektif dalam merawat Indonesia,” tegasnya.
Pada sesi materi, Siti Mustaghfiroh, M.Phil., Kepala Pusat Studi Gender dan Anak, memaparkan konsep moderasi beragama sebagai cara pandang dan sikap hidup yang menempatkan diri secara adil dan seimbang. “Moderasi beragama berarti mampu berada di tengah, tidak ekstrem ke kanan maupun ke kiri, serta menghargai perbedaan sebagai bagian dari sunnatullah,” jelasnya. Sementara itu, Dr. Abdul Mujib, M.Pd.I. dalam materi bertajuk “Sketsa Kehidupan Beragama di Indonesia” menggambarkan realitas pluralitas bangsa yang perlu dirawat dengan kearifan lokal. Ia mengingatkan bahwa sejarah Indonesia adalah sejarah kebersamaan, dan ketika keberagaman dijaga, persatuan bangsa akan semakin kokoh. Namun jika diabaikan, potensi konflik sosial sangat mungkin muncul.
Dipandu oleh moderator Annisa Ubaidillah, sesi diskusi berlangsung interaktif. Para peserta aktif mengajukan pertanyaan, mulai dari isu intoleransi di lingkungan kampus hingga pengaruh media sosial dalam membentuk opini publik tentang keberagaman. Antusiasme peserta menunjukkan betapa pentingnya forum semacam ini bagi kalangan muda.
berkas 2
Kegiatan yang berakhir tepat pukul 12.00 WIB ini tidak hanya memberikan wawasan baru, tetapi juga menumbuhkan semangat dan optimisme. Para peserta berharap kegiatan serupa dapat terus dilakukan secara berkelanjutan. Menurut panitia, pelatihan ini merupakan bagian dari upaya kampus dalam menyiapkan generasi muda yang inklusif, adil, dan toleran—sekaligus menjadi garda terdepan dalam menjaga kebinekaan Indonesia.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Pengabdian Dosen terhadap Bangsa dan Negara
4 hari laluBaca Juga
Artikel Terpopuler